Minggu, 05 Mei 2013
Lirik Lagu Beauty and The Beast (Soundtrack Beauty and The Beast)
Tale as old as time
Jumat, 05 April 2013
TEORI AUSUBEL
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan
satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia.
David Paulus Ausubel (25 Oktober 1918 - 9 Juli
2008) seorang psikolog Amerika lahir di Brooklyn,New York, belajar di
University of Pennsylvania. Salah satu kontribusi paling signifikan untuk
bidang pendidikan psikologi ilmu kognitif dan pendidikan sains adalah
pengembangan pembelajaran dan penelitian pada advance organizers (sejak 1960).
Dia pensiun dari akademisi pada tahun 1973 dan mengabdikan dirinya kepada
praktek psikiatri. kemudian pensiun dari kehidupan profesional pada tahun 1994
untuk mengabdikan diri penuh, pada usia 75 tahun, untuk menulis dan empat buku
dihasilkan. Dr Ausubel meninggal pada 9 Juli 2008. Menurut Ausubel, ada dua jenis belajar yaitu
Belajar bermakna (meaningful learning) dan Belajar menghafal (rote learning).
BAB II
PEMBAHASAN
Ausubel mengemukakan bahwa
belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik
sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Oleh karena itu,
subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa,
sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan
demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.
Menurut Ausubel belajar dapat
diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan
atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa
hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan
struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika
siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur
kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar
bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan
kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan
arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif
itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif
itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau
tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika
struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur
kognitif itu cenderung menghambat belajar.
Kondisi- kondisi belajar
bermakna sebagai berikut :
1. Menjelaskan
hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan- bahan lama.
2.
Lebih
dahulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal- hal yang lebih
terperinci.
3.
Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara
bahan baru dengan bahan lama.
4.
Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai
sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan.
Selanjutnya dikatakan suatu
pembelajaran dikatakan bermakna jika memenuhi prasyarat, yaitu:
1. Materi
yang akan dipelajari bermakna secara potensial.
Materi
dikatakan bermakna secara potensial jika materi itu mempunyai kebermaknaan
secara logis dan gagasan yang relevan harus terdapat dalm struktur kognitif
siswa.
2. Anak
yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga anak
tersebut mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna.
Langkah-langkah belajar
bermakna Ausubel adalah :
1.
Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan
untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih
tinggi maknanya.
2.
Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih
dahulu kemudian baru lebih mendetail.
Dalam pembelajaran bermakna
perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsur yang
inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetail.
Menurut
Ausubel ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna yaitu :
1.
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih
lama dapat diingat,
2.
Informasi yang dipelajari secara bermakna
memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip
3.
Informasi yang dipelajari secara bermakna
mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Implikasi Teori
Belajar Bermakna pada Matematika
Perhatikan
tiga bilangan berikut !
(1)
89.107.145
(2)
54.918.071
(3)
17.081.945
·
Apakah untuk dapat mengingat bilangan-bilangan
di atas perlu dikaitkan dengan hal tertentu yang sudah dimengerti siswa?
·
Bagaimana merancang pembelajaran matematika
yang bermakna?
Beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan adalah : Mengapa bagi sebagian siswa di Indonesia, bilangan
ketiga, yaitu 17.081.945, merupakan bilangan yang paling mudah diingat? Mengapa
bilangan kedua yaitu 54.918.071 merupakan bilangan yang paling mudah diingat
berikutnya? Mengapa bilangan pertama yaitu 89.107.145 merupakan bilangan yang
paling sulit diingat atau dipelajari?
Bilangan ketiga, yaitu
17.081.945 merupakan bilangan yang paling mudah diingat hanya jika bilangan
tersebut dikaitkan dengan tanggal Kemerdekaan RI yang jatuh pada 17
Agustus 1945 (atau 17-08-1945). Namun bilangan ketiga tersebut, yaitu
17.081.945 akan sulit diingat (dipelajari) jika bilangan itu tidak dikaitkan
dengan tanggal Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Jadi, proses pembelajaran
dimana kita dapat mengaitkan suatu pengetahuan yang baru (dalam hal ini
bilangan 17.081.945) dengan pengetahuan yang lama (dalam hal ini 17-08-1945,
yaitu tanggal Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945) seperti itulah yang disebut
dengan pembelajaran bermakna dan hasilnya diharapkan akan tersimpan lama.
Misalkan saja Anda diminta
untuk membantu siswa Anda untuk mengingat bilangan kedua, yaitu 54.918.071.
Anda dapat saja meminta setiap siswa untuk mengulang-ulang menyebutkan bilangan
di atas sehingga mereka hafal, maka proses pembelajarannya disebut dengan
belajar membeo atau belajar hafalan seperti sudah dibahas pada bagian
sebelumnya. Sebagai akibatnya, bilangan tersebut akan cepat hilang jika
tidak diulang-ulang lagi. Bagaimana proses menghafal bilangan kedua, yaitu
54.918.071 agar menjadi bermakna? Yang perlu diperhatikan adalah adanya
hubungan antara bilangan kedua dengan bilangan ketiga. Bilangan kedua bisa
didapat dari bilangan ketiga namun dengan menuliskannya dengan urutan terbalik.
Jadi, agar proses mengingat bilangan kedua dapat bermakna, maka proses
mengingat bilangan kedua (yang baru) harus dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki, yaitu tentang 17-08-1945 akan tetapi dengan membalik urutan
penulisannya menjadi 5491-80-71. Untuk bilangan pertama, yaitu 89.107.145.
Bilangan ini hanya akan bermakna jika bilangan itu dapat dikaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada di dalam pikiran kita. Contohnya jika bilangan itu
berkait dengan nomor telepon atau nomor lain yang dapat kita kaitkan. Tugas
guru adalah membantu memfasilitasi siswa sehingga bilangan pertama
tersebut dapat dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Jika
seorang siswa tidak dapat mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, maka proses pembelajarannya disebut
dengan belajar yang tidak bermakna (rote learning).
Berdasarkan contoh di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa suatu proses pembelajaran akan lebih mudah
dipelajari dan dipahami para siswa jika guru mampu untuk memberi kemudahan bagi
siswanya sedemikian sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Itulah inti dari belajar bermakna
(meaningful learning) yang telah digagas David P Ausubel. Dari apa yang
dipaparkan di atas jelaslah bahwa untuk dapat menguasai materi matematika,
seorang siswa harus menguasai beberapa kemampuan dasar lebih dahulu. Setelah itu,
siswa harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang sudah dipunyainya.
Ausubel menyatakan hal
berikut sebagaimana dikutip Orton (1987:34): “If I had to reduce all of educational
psychology to just one principle, I would say this: The most important single
factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this
and teach him accordingly.” Jelaslah, menurut Ausubel, bahwa pengetahuan
yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu
proses pembelajaran. Di samping itu, seorang guru dituntut untuk
mengecek, mengingatkan kembali ataupun memperbaiki pengetahuan prasyarat
siswanya sebelum ia memulai membahas topik baru, sehingga pengetahuan yang baru
tersebut dapat berkait dengan pengetahuan yang lama yang lebih dikenal sebagai
belajar bermakna tersebut.
Contoh dalam
pembelajaran Matematika:
Dalam
belajar program linier, siswa yang belajar bermakna bisa mengkaitkannya dengan
materi menggambar grafik fungsi linear dan menyelesaikan pertidaksamaan linear
serta mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan program
linier. Dan sebaliknya apabila tidak bermakna, maka siswa tidak bisa mengkaitkannya
dengan materi sebelumnya dan tidak mampu mengaplikasikannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa
boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
- Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar
akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi
pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang
sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
Kamis, 04 April 2013
MANUSIA, SAINS DAN TEKNOLOGI
MANUSIA, SAINS DAN TEKNOLOGI
A.
Makna Manusia, Sains dan Teknologi
1.
Makna Manusia
Membiacarakan tentang manusia akan selalu actual sepanjang
manusia berpikir dan sadar tentang dirinya.
Eksistensi manusia terletak pada kemampuan berpikir.
Seorang filosuf besar; Descartes, mengatakan; Cogito Ergo Sum, saya berfikir, maka dari itu saya ada. Keculai
itu, perbedaan manusia dengan binatang terletak pada perilakunya. Perilaku
manusia dikendalian oleh nafsu, akal dan nurani secara simultan sehingga muncul
pertimbangan-pertimbangan etika dan estetika.
Dengan potensi akalnya, manusia diberi amanat sebagai
khalifah dimuka bumi.
2.
Makna Sains
Pada awalnya orang tidak membicarakan tentang sains dan
teknologi melainkan tentang sains dan teknik (engineering). Teknik merupakan
penerapan sains untuk kesejahteraan manusia, juga dapat memusnahkan manusia.
Pada dasarnya, sangat berlebihan jika kita memilah sains dengan teknologi
secara tajam, karena istilah teknologi sebenarnya sudah mengandung sains dan
teknik. Semakin lama penilaian itu semakin menjadi biasa, sehingga menjadi apa
yang di sebut common parlance untuk
merangkaikan sains dan teknologi. Makalah ini tidak akan mempersoalkan itu,
istilah teknik dan teknologi dianggao sama saja yaitu satu penerapan saja. Kata
sains berasal dari bahasa latin, yaitu Scire, artinya mengetahui atau belajar.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tangkapan pancaindra,
intuisi, dan filsafat, sedangkan Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasi, diorganisasi, disistimatisasi, dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenaranya, dan dapat diuji ulang
secara ilmiah. Istilah sains dipahami oleh masyarakat Indonesia menjadi satu
istilah baku yaitu Ilmu Pengetahuan.
Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan
dengan pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut:
1)
Ontologi artinya
bidang studi yang bersangkutan memiliki objek studi yang jelas. Objek studi
hatus dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan,
sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi sebuah ilmu ada dua yaitu objek
material dan objek formal.
2)
Epistimologi
artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang jelas.
3)
Aksiologi artinya
bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatannya.
Dalam kajian ilmu
filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Bidang
studi tersebut dapat menunjukan nilai-nilai teoritis, hokum-hukum,
generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan
logis, sistimatis, dan koheren. Dalam teori dan konsep tersebut tidak terdapat
kerancuan atau kesemerawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif diantara
satu sama lainnya.
Istilah Teknologi sebenarnya sudah mengandung
sains dan teknik atau engineering
sebab produk teknologi tidak mungkin ada tanpa di dasari sains. Dalam sudut
pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari sains. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki
karakteristik objektif dan netral, namun dalam kenyataannya teknologi
sesungguhnya tidak bias netral karena memerlukan sentuhan-sentuhan estetika
yang bersifat subjektif.
Sains dan
teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak
berbuah, sedangkan teknologi tanpa sains bagaikan pohon tak berakar. Sains
hanya mampu mengajarkan fakta dan non-fakta pada manusia, ia tidak mampu mengerjakan
apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi fungsi sains hanya
mengkoorsinasikan semua pengalaman-pengalaman manusia dan menempatkannya ke
dalam suatu system yang logis, sedangkan fungsi seni memberik semacam persepsi
mengenai suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan
padanya. Sedangkan tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia
dalam menjalani kehidupannya.
B. Manusia dalam Iptek dan Iptek bagi Manusia
1.
Manusia
dalam Iptek.
Dengan potensi akal, manusia
diberikan kebebasan untuk memilih dan mengembangkan mana yang benar dan mana
yang salah. Dengan potensinya, manusia dapat menggali rahasia alam semesta
hasil pengembangannya disebut sains, teknologi dan seni.
Atas dasar itu, ilmu ada yang
bersifat abadi tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari
Tuhan,dan ilmu yang bersifat perolehan tingkat kebenarannya bersifat nisbi
karena hanya penafsiran dan dugaan sementara.
Manusia diciptakan sebagai
subjek dan objek ilmu pengetahuan dan teknologi. Diakui, bahwa makluk lain
seperti binatang, denganinstingnya mereka mampu merangkai fenomena alam ini
menjadi sesuatu yang diperlukan untuk melanjutkan kehidupannya. Namun mereka
tidak kreatif karena bekerja berdasarkan insting semata, sedangkan manusia
bekerja berdasarkan pertimbangan akal dan perasaannya.
2. Pengaruh Iptek bagi Kehidupan Manusia.
Dalam kehidupan
modern hamper tidak ada orang hidup tanpa menggunakan jasa teknologi. Semakin
tinggi orang yang menggunakan jasa teknologi, semakin tinggi pula tingkat
ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak langsung dari kemajuan
teknologi adalah kemudahan-kemudahan dalam bersktivitas. Memang teknologi
diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan meringankan
beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi ringan. Namun
dampak negative dari teknologi masyarakat semakin terbuai. Hamper tidak sadar
bahwa dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan
materialistik.
Perkembangan sains
dan teknologi nyang demikian pesatnya
mampu menciptakan perubahan-perubahan yang mempengaruhi langsung pada tatanan
kehidupan masyarakat, khususnya dalam empat berikut:
1)
Perubahan dibidang intelektual
2)
Perubahan dalam organisasi-organisasi social
yang mengarah pada kehidupan politik.
3)
Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata
nilai dan tata lingkungannya.
4)
Perubahan di bidang industri dan kemampuan di
medan perang.
Keempat hal di
atas secara langsung menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia yang menuntut
keterlibatan semua pihak. Dan pada akhirnya menentukan kelangsungan hidup
manusia di muka bumi ini.
C. Hubungan Sains, Teknologi dan Agama
Sains, teknologi,
seni dan filsafat, merupakan usaha intelektual manusia yang diarahkan untuk
mencari dan menemukan suatu pola, orde, system, maupun struktur tertentu.
Menurut Ian G.
Barbour (2002), ada empat tipologi pemikiran para ilmuwan tentang hubungan
sains dan agama, yaitu :
1.
Pendekatan Komplik.
2.
Pendekatan Independensi.
3.
Pendekatan Dialogis.
4.
Pendekatan Integratif.
Dari keempat
tipologi di atas sebenarnya masih ada yang dapat kita kembangkan yaitu
pendekatan Kholistik, suatu pendekatan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
D. Penerapan Sains dan Teknologi dalam
Kehidupan.
Sains dan
teknologi merupakan pengembangan potensi budaya manusia yang mengendap menjadi
suatu peradaban. Dengan kesanggupan mengembangkan potensinya, manusia mampu
mengubah muka bumi seperti yang kita saksikan saat ini, padahal manusia
merupakan makhluk yang keberadaannya di muka bumi paling akhir.
Kemampuan manusia
dalam memanfaatkan alam lingkungannya sangat bervariasi sesuai dengan kemampuan
daya nalar dan social budayanya. Kelompok manusia yang tingkat budayanya
tinggi, dapat memanfaatkan sumber dayaalam bagi kesejahteraan hidupnya. Melalui
iptek yang dikuasainya, mereka mampu mengubah lingkungan alam yang tidak
produktif seperti di Timur tengah dan Israel.
Sedangkan kelompok
manusia yang budayanya masih rendah, sumberdaya alam yang disekitarnya tidak
memberikan jaminan bagi kesejahteraan hidupnya. Hutan lebat, sungai lebar dan
deras, air terjun dan lainnya dipandang sebagai penghalang dan
penghambatcdaripada dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidupnya.
Day dukung
lingkungan bersifat relatif dan lingkungan memiliki keterbatasan. Bila pemanfaatan
populasi yang dapat didukung oleh lingkungan tersebut tela melewati batas kemampuan,
akan terjadi berbagai bentuk ketimpangan ketimpangan-ketimpangan tersebut
menjadi masalah bagi kelangsungan hidup manusia dan makluk bumi lainnya.
Ada dua hal yang
dapat meningkatkan daya dukung terhadap kesejahteraan hidup manusia yaitu iptek
dan social budaya. Iptek yang dikuasai manusia dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya dan sebaliknya dapat menyengsarakan manusia apabila tidak mengindahkan
aspek lingkungannya sehingga daya dukung lingkungan di luar batas kemampuannya.
Ketimpangan lingkungan dalam bentuk kekeringan, tanah longsor, erosi,
pencemaran, merupakan ungkapan keterbatasan daya dukung lingkungan akibat
perilaku manusia yang tidak dapat mengendalikan diri.
Penerapan Iptek
dala rekayasa pertanian berupa pemupukan, pengolahan tanah yang lebih baik,
pemilihan bibit unggul, perbaikan pengairan melalui orgnisasi dan kelembagaan
Minggu, 03 Februari 2013
PENCEMARAN TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup,
zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam tanah, air atau udara. Pencemaran
juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) tanah, air atau udara oleh
kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan
menjadi: Pencemaran air, Pencemaran
udara,
Pencemaran tanah, Pencemaran logam
berat
dan Pencemaran suara.
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang
karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan
berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan limbah
padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari
sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut
jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai
binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah
industri, seperti plastik, logam dan kaleng.
Sampah dapat dihancurkan oleh jasad-jasad renik
menjadi mineral, gas, dan air, sehingga terbentuklah humus. Sampah organik itu
misalnya dedaunan, jaringan hewan, kertas, dan kulit. Sampah-sampah tersebut
tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan sampah anorganik seperti besi,
alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat
diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan
datang.
Tanah yang subur dipengaruhi juga oleh
organisme seperti bakteri, jamur, dan organisme lain yang menguraikan limbah
dalam tanah dan menyediakan unsur hara. Unsur hara memberikan pertumbuhan bagi
tanaman. Pupuk dan pestisida dapat membatasi kemampuan organisme tanah untuk
menguraikan limbah. Akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dapat
merusak produktivitas tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pencemaran tanah disebabkan oleh hasil
pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang sukar terurai dalam
tanah seperti plastik, kaca, dan kaleng. Bahan-bahan ini sukar diuraikan oleh
organisme dan mengakibatkan produktivitas tanah akan berkurang.
Gambar 1
Sampah Anorganik
Gambar 2
Limbah Semen
Penyebab pencemaran tanah diantaranya
sampah-sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Upaya untuk
mengurangi penumpukan sampah adalah dengan melakukan daur ulang sampah
anorganik. Bahan-bahan yang tidak bisa terurai seharusnya dapat dipisahkan
kemudian dimasukan dalam proses daur ulang.
Jika suatu zat berbahaya telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.
Limbah yang berasal dari pengerjaan
jembatan Merah-Putih terdiri dari zat dibuang (semen) yang dapat mengancam kesehatan manusia dan
lingkungan. Sumber limbah berbahaya meliputi industri, rumah sakit, dan
laboratorium. Limbah tersebut dapat menyebabkan cedera langsung ketika orang
bernapas, menelan, atau menyentuhnya. Ketika dikuburkankan di tanah atau
ditinggalkan di tempat pembuangan terbuka, beberapa limbah berbahaya dapat
mencemari udara, air tanah, dan tanaman pertanian.
Dampak
pencemaran tanah terhadap lingkungan, yaitu :
11. Punahnya Spesies
Sebagaimana
telah diuraikan, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis
hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki
kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda,
larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat
beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar., adapula yang tidak.
Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada
batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.
12. Peledakan Hama
13. Gangguan
Keseimbangan Lingkungan
punahnya
spasies tertentu dapat mengibah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai
makanan, jaring-jaring makanan dan lairan energi menjadi berubah. Akibatnya,
keseimbangan lingkngan terganggu.
4. Kesuburan Tanah
Berkurang
25. Keracunan dan
Penyakit
Usaha-usaha Mencegah Pencemaran
Lingkungan :
·
Menempatkan
daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman penduduk.
·
Pembuangan limbah
industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.
·
Memperluas
gerakan penghijauan.
·
Tindakan tegas
terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
·
Memberikan
kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia
lebih mencintai lingkungan hidupnya.
·
Bahan-bahan yang tidak bisa terurai seharusnya
dapat dipisahkan kemudian dimasukan dalam proses daur ulang. Proses daur ulang
yang dilakukan membuat limbah diolah kembali menjadi barang yang dapat
dipergunakan. Barang hasil daur ulang dapat berupa barang yang sama dengan
asalnya ataupun dapat memproduksikan barang yang berbeda.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil observasi dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pencemaran tanah disebabkan oleh
hasil pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang sukar
terurai dalam tanah. Penanganan pencemaran tanah yaitu Pembuangan limbah industri diatur sehingga
tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.
B. Saran
Memberikan
kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia
lebih mencintai lingkungan hidupnya.
Langganan:
Postingan (Atom)